Kendalikan Marah di Bulan Berkah
Oleh: Hendriyan Rayhan (CSSMoRA UIN SUKA 2015)
“Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (seperti mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan “Aku orang yang sedang puasa, Aku orang yang sedang puasa”.
(H.R Imam Malik dalam al-Muwaththa’ nomor 1099)
Tibalah
kita di bulan
penuh
berkah. Bulan tempatnya pahala berlimpah. Ladang amal bagi yang gemar
beribadah. Saatnya mengurangi kuantitas khilaf dan salah. Agar kelak menjadi orang bertakwa yang dijanjikan
jannah. Salah satunya dengan mengendalikan marah. Karena marah dapat membuat pikiran tak terarah. Karena
marah dapat berujung fitnah. Karena marah dapat membuat persaudaraan menjadi pecah.
Marah
ialah bergejolaknya hati
untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan terjadi
atau karena ingin
balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan tersebut. Marah merupakan sifat dari fitrah manusia, dan
anugerah dari
Allah SWT. Namun tetap saja amarah ini harus dapat dikendalikan agar tidak
disertai dengan hawa nafsu yang membawa keburukan. Allah SWT
berfiman dalam surat Yusuf ayat 53, “Nafsu itu berkecenderungan untuk
menyuruh
kepada
kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”.
Marah
merupakan bentuk emosi yang paling
populer dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kepopulerannya hingga
mewakilii kata
emosi itu sendiri, seolah seperti sinonim; Emosi ya marah, marah ya emosi. Padahal emosi itu bermacam-macam, diantaranya: Senang, marah, sedih, sedih, takut, benci, kaget, heran dan bahkan cinta. Banyak perilaku
yang menyertai emosi marah. Ada
orang
yang
marah lalu
mengucapkan kata-kata kasar atau mendata nama-nama hewan. Ada yang
marah kemudian melakukan tindakan-tindakan agresif yang membahayakan. Ada pula orang yang marah kemudian berdiam diri, marah dalam diam.
Ada banyak
faktor yang menjadi penyebab munculnya kemarahan, mulai dari
hal-hal yang remeh
hingga yang
memberatkan. Bebarapa kata pun terkadang dapat menimbulkan kemarahan, apalagi di era yang serba canggih seperti sekarang. Lihat
status orang, marah. Lihat
orang
balas komentar, marah. Lihat orang unggah foto, marah. Lihat orang
marah, marah (nah, ini yang
bahaya). Ada juga marah yang disebabkan oleh faktor internal, yaitu datang dari dalam diri sendiri. Kemarahan orang
yang tempramental, misalnya, tidaklah selau dipicu
oleh setting sosial atau faktor alam, melainkan oleh karakternya yang memang tempramental. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa marah juga perlu dikendalikan.
Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyyah.
Bulan
ini menjadi sarana spiritual bagi
seorang Muslim untuk melakukan perubahan dari
kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik. Maka dari itu, bulan ini dapat menjadi moment untuk pembiasaan diri mengendalikan marah. Sebagaimana pesan indah dari Rasulullah yang mulia diatas, jika ada
orang yang
mecaci atau mengajak berkelahi, katakanlah: Aku sedang berpuasa.
Pertama, membaca
ta’awudz ketika marah. Rasulullah Saw. pernah mengajarkannya kepada
dua orang
sahabat yang
saling mencaci dengan mengatakan, “Sesungguhnya aku akan ajarkan kalian suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilanglah kemarahan kalian, yaitu bacaan A’uudzubillaahi minasysyaithaanirrajiim.” (H.R. Bukhari)
Kedua,
mengubah posisi ketika marah. Jika posisi kita
saat kemarahan itu datang adalah berdiri, dianjurkan untuk
duduk. Begitu juga
ketika posisi kita sedang duduk, maka dianjurkan untuk
berbaring. Rasulullah Saw.
bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian
marah, sedangkan ia
dalam posisi berdiri, hendaklah ia duduk.
Kalau telah
reda atau
hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum reda, hendaklah ia berbaring” (H.R. Abu Daud).
Ketiga, diam atau
tidak berbicara. Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila di antara kalian marah, maka
diamlah” (H.R. Ahmad).
Keempat,
berwudhulah. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari
setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api
itu bisa padam jika diredam dengan air, maka apabila di antara kalian marah, berwudhulah” (H.R. Ahmad).
Kelima, lakukanlah shalat. Jika empat langkah tadi
belum mampu meredakan amarah, ambillah langkah pamungkas, yaitu dengan melaksanakan shalat dua rakaat. Insya Allah dengan shalat kita akan mampu meredakan amarah, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw., “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu
bara
api dalam hati manusia. Tidaklah
engkau melihat merah kedua
matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan
hal itu (amarah), hendaklah ia bersujud (shalat)” (H.R. Tirmidzi).
Ada banyak
kebaikan bagi orang-orang yang dapat mengendalikan marah. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 134, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Dengan mengendalikan marah, maka akan tercapai hubungan sosial yang
harmonis. Sebuah interaksi sosial yang didalamnya mudah tersulut emosi marah, maka hubungan itu akan
mudah terjadi
konflik. Karena
sesama musm adalah bersaudara, maka jangan sampai terjadi
hal-hal yang demikian. Kendalikan marah di bulan
berkah, agar menjadi kebiasaan di bulan berikutnya.
Bila
ada kata yang
membuat hati terluka. Bila ada
tulis yang
membuat hati teriris. Diharapkan saling memaafkan.
Jalan-jalan ke Bekasi, sekian terimakasih. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar