Resensi Gus Mus
Oleh : Luqman Hakim
Judul buku :
SALEH RITUAL SALEH SOSIAL (Kualitas Iman, Kualitas Ibadah, dan Kualitas Akhlak Sosial)
Penulis :
KH. A. Muatofa Bisri (Gus Mus)
Penerbit :
Diva Press tahun 2016
Tebal :
204 halaman
Gerak-laku kita (ibadah) didalamnya sering kita
hanya gerak laku rutin yang kosong makna. Dzikir dan bacaan-bacaan kita
didalamnya seringkali sekedar terluncur oleh bibir-bibir yang terbiasa, bukan
dikendarai dan dikendalikan oleh makna yang terkandung didalamnya. Maka tak
mengherankan jika shalat, misalnya, yang seharusnya tanha ‘anil fakhsya-i
wal munkar (dapat membentengi orang yang melakukanya dari perbuatan keji
dan munkar), justru tak tampak pengaruh positifnya dalam kehidupan musholli
yang bersangkutan. (hlm 36)
Gus Mus mengungkapkan adanya dikotomi yang sungguh
tidak menguntungkan bagi kehidupan beragama di kalangan kaum Muslim, yaitu
ungkapan tentang adanya kesalehan ritual di satu pihak dan kesalehan sosial di
pihak lain. Padahal kesalehan dalam Islam hanya satu, yaitu kesalehan muttaqi
(hamba yang bertaqwa) yang mencakup sekaligus ritual dan sosial. Berangkat
dari kegelisahan ini KH. A. Mustofa Bisri atau yang akrab disebut Gus Mus
memaparkan banyak sekali hal-hal yang sepertinya sepele namun memiliki pengaruh
signifikan. Dengan sudut pandang yang berbeda, hal-hal yang terlewatkan oleh
kebanyakan orang dibahas dengan bahasa yang menjadikannya menarik dan layak
untuk direnungi, seperti tamsil dari sahabat Umar tentang amar ma’ruf nahi
munkar. Atau bagaimana dicintainya kiai Basyuni oleh berbagai lapisan
masyarakat di daerah Rembang sebab terkenal kebaikan dan kesantunanya. Dengan
bahasa yang ringan pula Gus Mus mamaparkan beberapa pembahasan yang berat
menjadi mudah dicerna, seperti permasalahan sosial-politik kehidupan bernegara atau
persoalan keimanan.
Salah satu judul yang sangat menarik “Nabi yang
Manusia” berisi teladan dari Nabi Muhammad yang selain sebagai seorang nabi,
beliau juga sebagai anggota masyarakat terkadang pula sebagai kepala rumah
tangga yang sangat memanusiakan manusia. Diceritakan Nabi menambal sendiri
terompahnya yang putus dan menjahit pakaianya yang robek. Sebagai seorang yang
berkeluarga Nabi memanjakan, bertengkar dan bercanda dengan istri-istrinya, Nabi
berlomba lari dan menonton ”kesenian daerah” bersama sayyidatina ‘Aisyah.
Nabi pernah ”mentakziahi” sahabatnya yang burungnya mati dan mendoakan semoga
segera mendapat pengganti, menggoda lelaki yang meminta disediakan kendaraan
unta untuk ikut berjihad dengan mengatakan “yang ada Cuma anak untu” Nabi
bercanda dengan ucapan yang benar. Cerita lain tentang Nabi yang sangat
memanusiakan manusia yaitu ketika Nabi melihat tali melintang di masjid dan
ketika ditanyakan kepad seseorang, ia memperoleh jawaban bahwa itu tali Zainab
sebagai “piranti” bersembayang, untuk beregangan jika tanganya mulai lelah.
Lalu beliaupun memerintahkan untuk melepaskan tali iti dan bersabda “ hendaklah
kamu sembahyang seukur kondisi tenagamu,
bila lelah tidurlah”. Dengan contoh yang sedemikian lengkap Gus Mus menyimpulkan
bahwa sangatlah mudah mengenali ajaran Nabi Muhammad Saw. dari ajaran yang
lain, yaitu apabila manusia wajar merasa wajar melakukanya,tidak sulit
dilakukan umumnya manusia, itulah ajaran Nabi Saw.
Lewat buku ini pula Gus Mus memberikan
sentilan-sentilan kehidupan beragama dewasa ini. seperti semangat (ghirah)
beragama mendorong kita untuk mensyiarkanya, salah satunya dengan memanfaatkan
pengeras suara untuk panggilan sembahyang, dan nyatanya berlebihan. Segala
macam bacaan selain adzan pun kita kumandangkan setiap saat. Kita melupakan
etika berdzikir, adab membaca al-Qur’an dan tentang idza, menyakiti hati
orang yang terbisingi lengkingan suara kita. atau bahkan mencari-cari dalil
untuk membenarkan suatu perbuatan atau dalam bahasanya Gus Mus “ndalili kepentingan”.
Beberapa hal diatas seringkali luput dari perhatian
kita sebagai umat beragama maupun sebagai anggota masyarakat, atau terkadang
kita masih bingung apa alamat seseorang itu dicintai oleh Allah. Gus Mus
menjelaskan dengan mengutip hadis Nabi Saw. yang kesimpulanya bahwa siapa yang
dicintai dibumi maka dicintai pula dilangit. Selain itu ada hadis yang lain
yang berbunya “Khairun naas anfauhum lin naas” sebaik-baik manusia
adalah yang lebih bermanfaat untuk yang lain.
Dengan kepiawaianya menyederhanakan pembahasan Gus
Mus menggambarkan bahwa beragama yang benar bukanlah perkara yang sukar dan
jangan dijdikan sukar. Emha Ainun Nadjib berkata Gus Mus adalah pendekar
kehidupan yang bukan sekedar sanggup mnemukan ketentraman dalan kecamasan,
menggali kebahagiaan dari jurang derita, atau menikmati kekayaan di dalam
kemiskinan. Lebih dari itu Gus Mus bahkan mampu membuat kegelapan menjadi tidak
ada, karea yang ada pada beliau, dan bahkan beliaunya sendiri adalah cahaya.
mantapp
BalasHapusmantab gan
BalasHapusHowdy, i read your blog from time to time and i own a similar one and i was just wondering if you get a lot of spam comments? If so how do you stop it, any plugin or anything you can advise? I get so much lately it's driving me mad so any help is very much appreciated. capitalone.com login
BalasHapus
BalasHapusGreetings! Very useful advice within this post! It is the little changes that produce the greatest changes. Thanks for sharing! paypal credit login
I was capable of learn a lot, and was capable of get the most effective possible financing rate. mortgage payment calculator canada Your budget, payment flexibility and risk level are things to take into consideration when picking your mortgage type. mortgage payment calculator
BalasHapus