Doa
yang Pas Untuk Beliau
Oleh : Agil Muhammad
CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga
Sudah
merupakan perkara yang sangat wajar bagi manusia ketika mengalami sakit atau
meninggal dunia. Tua, muda, kaya, miskin, cerdas, nggak cerdas, ganteng,
nggak ganteng, cantik, nggak cantik semua pasti tidak bisa
mengelaknya. Muda bukan zona aman dari kematian, apalagi yang sudah tua. Si
Kaya nggak bisa meneken kontrak dengan kesehatannya, apalagi yang miskin. Dan
yang cerdas, ganteng, cantik nggak bakal mampu menjamin kebahagiaannya, apalagi
yang nggak sama sekali.
Dan
doa agar sehat serta umur panjang merupakan salah satu rukun dari perayaan
ulang tahun. Doa yang sangat wajar dan rasional bagi manusia yang normal. Tapi
doa itu belum tentu menjadi hal yang diinginkan oleh orang yang sangat mendalam
cinta dan rindu dalam dirinya. Orang yang mendalam cinta dan rindu pada
Tuhannya. Senantiasa menantikan perjumpaan mesra itu. Orang yang telah menjadi
kekasih-Nya, atau istilah kerennya merupakan wali-Nya.
Baru
akhir-akhir ini saya menemukan meme atau poster di instagram yang menurut saya
bagus. Poster itu berisi doa untuk seorang ulama yang sedang mengalami sakit
keras. Doa itu tidak berisi harapan untuk kesembuhan atau agar panjang usianya.
Melainkan doa yang berisi harapan semoga diberi yang terbaik untuk beliau.
Karena kesembuhan dan usia yang panjang belum tentu yang terbaik bagi beliau.
Kata-kata
yang mirip dengan apa yang pernah saya dengar dari abah. Konteksnya mirip,
yakni ketika kiai pengasuh pondok pesantren saya mengalami sakit keras. Abah
berkata pada saya bahwa ketika ia membacakan surah al-Fatihah untuk beliau,
kiriman doa tersebut bukan ditujukan sebagai harapan untuk kesehatan beliau,
melainkan sebagai doa semoga beliau diberi yang terbaik.
Sambil
menjelaskan bahwa seseorang yang dekat pada Tuhannya sebenarnya ia sangat ingin
bertemu dengan-Nya. Dan kematian merupakan jalan yang tepat untuk mendekatkan
pada-Nya. Mati lebih baik, karena meskipun masih di alam barzah, ia sudah
mendapatkan kenikmatan. Dan doa yang ditujukan untuk kesehatan dan umur
panjangnya, bukanlah merupakan keinginannya. Ia ingin meninggalkan dunia yang
penuh fitnah ini, menuju tempat baru yang lebih baik baginya.
Saya
tidak mengatakan doa kesehatan dan usia yang panjang merupakan doa yang salah
atau tidak baik, karena saya sendiri tidak mengambil judul itu untuk coretan
ini. Tapi yang saya ambil judul adalah “Doa yang pas”. Karena kesehatan dan
umur panjang dalam kebaikan merupakan hal yang sangat baik. Tetapi terkadang
dua hal itu kurang pas untuk suatu kasus tertentu, semisal kasus yang terjadi
di atas.
Kemarin
(16/3), tepatnya pagi hari. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah
mendahului kita, guru kita, ulama kita, KH. Hasyim Muzadi, salah seorang tokoh
pemimpin dan panutan umat Islam Indonesia. Selamat jalan kyai, semoga amal
ibadah diterima Allah swt. dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,
serta kita semua semoga mampu melanjutkan perjuangan beliau. Aamiin...
Sudah
merupakan perkara yang sangat wajar bagi manusia ketika mengalami sakit atau
meninggal dunia. Tua, muda, kaya, miskin, cerdas, nggak cerdas, ganteng,
nggak ganteng, cantik, nggak cantik semua pasti tidak bisa
mengelaknya. Muda bukan zona aman dari kematian, apalagi yang sudah tua. Si
Kaya nggak bisa meneken kontrak dengan kesehatannya, apalagi yang miskin. Dan
yang cerdas, ganteng, cantik nggak bakal mampu menjamin kebahagiaannya, apalagi
yang nggak sama sekali.
Dan
doa agar sehat serta umur panjang merupakan salah satu rukun dari perayaan
ulang tahun. Doa yang sangat wajar dan rasional bagi manusia yang normal. Tapi
doa itu belum tentu menjadi hal yang diinginkan oleh orang yang sangat mendalam
cinta dan rindu dalam dirinya. Orang yang mendalam cinta dan rindu pada
Tuhannya. Senantiasa menantikan perjumpaan mesra itu. Orang yang telah menjadi
kekasih-Nya, atau istilah kerennya merupakan wali-Nya.
Baru
akhir-akhir ini saya menemukan meme atau poster di instagram yang menurut saya
bagus. Poster itu berisi doa untuk seorang ulama yang sedang mengalami sakit
keras. Doa itu tidak berisi harapan untuk kesembuhan atau agar panjang usianya.
Melainkan doa yang berisi harapan semoga diberi yang terbaik untuk beliau.
Karena kesembuhan dan usia yang panjang belum tentu yang terbaik bagi beliau.
Kata-kata
yang mirip dengan apa yang pernah saya dengar dari abah. Konteksnya mirip,
yakni ketika kiai pengasuh pondok pesantren saya mengalami sakit keras. Abah
berkata pada saya bahwa ketika ia membacakan surah al-Fatihah untuk beliau,
kiriman doa tersebut bukan ditujukan sebagai harapan untuk kesehatan beliau,
melainkan sebagai doa semoga beliau diberi yang terbaik.
Sambil
menjelaskan bahwa seseorang yang dekat pada Tuhannya sebenarnya ia sangat ingin
bertemu dengan-Nya. Dan kematian merupakan jalan yang tepat untuk mendekatkan
pada-Nya. Mati lebih baik, karena meskipun masih di alam barzah, ia sudah
mendapatkan kenikmatan. Dan doa yang ditujukan untuk kesehatan dan umur
panjangnya, bukanlah merupakan keinginannya. Ia ingin meninggalkan dunia yang
penuh fitnah ini, menuju tempat baru yang lebih baik baginya.
Saya
tidak mengatakan doa kesehatan dan usia yang panjang merupakan doa yang salah
atau tidak baik, karena saya sendiri tidak mengambil judul itu untuk coretan
ini. Tapi yang saya ambil judul adalah “Doa yang pas”. Karena kesehatan dan
umur panjang dalam kebaikan merupakan hal yang sangat baik. Tetapi terkadang
dua hal itu kurang pas untuk suatu kasus tertentu, semisal kasus yang terjadi
di atas.
Kemarin
(16/3), tepatnya pagi hari. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah
mendahului kita, guru kita, ulama kita, KH. Hasyim Muzadi, salah seorang tokoh
pemimpin dan panutan umat Islam Indonesia. Selamat jalan kyai, semoga amal
ibadah diterima Allah swt. dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,
serta kita semua semoga mampu melanjutkan perjuangan beliau. Aamiin...