Wahai
Perempuan
Oleh: Muhammad Farid Abdillah
CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga
Tanggal 8 Maret, diperingati Hari
Perempuan Internasional. Mengenang jasa perempuan mungkin sudah lebih dari
mengenang jasa para pahlawan. Karena salah satu perempuan (karena satunya dan
satunya adalah dia dan si kecil nanti, eh kok ?) adalah sang pahlawan hidup
sepanjang hidup dan masa, Ibu. Ya ibu.
Ah sudahlah, bukan itu yang saya
bahas di sini. Penetapan tanggal ini mungkin memang simbol sebagai penghargaan
bagi para wanita di dunia. Tetapi penekanannya lebih kepada simbol adanya
persamaan derajat para wanita, bahasa kerennya sih Gender Equality.
Persamaan yang diserukan untuk melihat bahwasannya wanita harus memiliki
kesamaan dengan para laki-laki di Dunia.
Persamaan derajat ini biasanya
beraspek pada pendidikan, pekerjaan dan beberapa aspek lainnya. Wanita dibilang
harus memiliki kesamaan dalam hal pendidikan dengan laki-laki. Mereka harus
bisa mengecap pendidikan yang sama dengan laki-laki. Dalam hal pekerjaan,
wanita dikatakan harus bisa memiliki pekerjaan yang sama dengan laki-laki.
Namun, dalam berbagai hal tersebut.
Tanpa disadari bahwasannya wanita dan laki-laki memanglah dua jenis manusia
(karena akhir-akhir ini muncul jenis-jenis manusia yang lain, yang entah itu
apa) yang harus dibedakan. Contoh simpelnya dalam berbagai acara (dalam konteks
organisasi), pekerjaan yang namanya angkat-angkat barang pasti diberikan kepada
laki-laki. Kemudian pekerjaan yang namanya bersih-bersih diberikan kepada
wanita. Alasannya sih “nah kita kan perempuan, masak disuruh angkat-angkat ?”.
loh, katanya kesamaan derajat ?
Lain lagi dalam kendaraan umum.
Sudah sering terdengar jika seorang laki-laki melihat wanita yang berdiri, maka
seyogyanya tempat duduk itu diberikan kepada mereka. Keadaan ini bahkan berlaku
jika laki-laki itu dapat tempat duduk terlebih dahulu. Sebenarnya keadaan ini
juga perlu dikritik, jika menggunakan dalil kesamaan derajat antar laki-laki
dan wanita, seharusnya jika para wanita itu datang akhir ya maklum lah jika
harus berdiri. Mengutip perkataan dzawin, siapa cepat dapat dia dapat, angkat
pantat hilang tempat.
Bahkan ada sebuah kasus yang sangat
ekstrim. Seorang pemikir menyatakan bahwa seorang wanita boleh menjadi Imam
sholat bagi laki-laki. Bahkan praktek ini benar-benar dilakukan. Walaupun dalam
perkembangannya praktek ini sudah dihentikan. Tetapi munculnya pemikiran
seperti ini dilatar belakangi dengan pendapat yang menyatakan bahwa seorang
perempuan harus memiliki derajat yang sama dengan laki-laki. Jika kita menilik
kepada hadis Nabi, ada sebuah hadis yang menyatakan “Shof laki-laki yang paling
baik adalah yang paling depan, sedangkan yang paling buruk adalah yang paling
belakang, shof perempuan yang paling baik adalah yang paling belakang,
sedangkan yang paling buruk adalah yang paling depan”. Nah loh, Nabi bilangnya
kayak gitu, nah itu jadi Imam, waduh.
Seorang sastrawan bernama William
Golding, berkata:
“I think women are foolish to pretend they are equal to men. They are far
superior and always have been. Whatever you give a woman, she will make
greater. If you give her sperm, she will give you a baby. If you give her a
house, she will give you a home. If you give her groceries, she will give you a
meal. If you give her a smile, she will give you her heart. She multiplies and
enlarges what given to her. So, if you give her any crap, be ready to receive a
ton of shit!”
Statement di atas menerangkan bahwa
seorang perempuan tidak perlu menyerukan persamaan derajat dengan laki-laki.
karena sesungguhnya mereka lebih hebat dari laki-laki dalam beberapa hal.
Terlebih lagi, perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling melengkapi,
bukan melangkahi.
Akhirnya, mari jalankan peran
masing-masing. Para lelaki jalankan peran laki-laki, tak perlu iri dengan peran
perempuan. Wahai kaum perempuan, kalian adalah makhluk yang istimewa, jalankan
peranmu dan nikmati hidupmu sebagai perempuan.
Tulisan ini akan diakhiri salah
satu statement dari Bung Karno:
“laki-laki dan perempuan adalah
seperti dua sayap dari seekor burung. Jika dua sayap itu sama kuatnya. Maka
terbanglah burung itu sampai ke puncak setinggi-tingginya; jika patah satu daripada
dua sayap itu. Maka tak dapatlah burung itu terbang sama sekali.”
Akhirnya, selamat Hari Perempuan
Internasional. Wahai sang makhluk Tuhan yang paling istimewa.
0 komentar:
Posting Komentar