Kartini-kartini CSSMoRA
Oleh: Muhammad Farid Abdillah
CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga
Mungkin sudah
terlalu larut jika membicarakan kartini di tanggal yang sudah lewat dari
tepatnya hari itu terjadi. Namun tidak akan pernah basi jika yang dibicarakan
mengenai sebuah keluarga dengan kehangatan sepanjang masa macam kasih ibu,
CSSMoRA.
Membicarakan
tentang hari kartini tentu saja membicarakan seorang makhluk yang bernama
perempuan. Di sisi lain, membicarakan CSSMoRA tentu saja membicarakan tentang
sebuah keluarga berisikan calon orang-orang sukses harapan bangsa Indonesia.
Jadi tulisan ini akan membahas tentang wanita-wanita (bukan tentang siapa itu)
calon orang sukses harapan bangsa Indonesia di masa depan.
Sebagaimana
ditulis di atas, CSSMoRA adalah sebuah keluarga berisikan calon-calon orang
sukses. Namun, ada sisi lain yang juga perlu dilihat lebih lanjut mengenai
CSSMoRA dan para perempuan di dalamnya. CSSMoRA adalah salah satu simbol
persamaan derajat bagi para wanita, sebagaimana yang telah didengungkan
beberapa waktu terakhir ini.
Lalu, sisi apa yang menjadi
simbol kesetaraan di dalam CSSMoRA?
Semestinya
kita merunut dari proses pemilihan anggota CSSMoRA atau bisa dikatakan dengan
proses seleksi calon Mahasiswa Penerima Beasiswa dari Kementrian Agama Republik
Indonesia ini. Nampak jelas bahwa seleksi yang diadakan tidak memandang dari
jenis kelamin (mengunggulkan laki-laki). Tetapi, seleksi diadakan dengan
benar-benar melihat kualitas dari sang mahasiswa itu sendiri.
Biasanya dalam
tradisi CSSMoRA, sebelum aktif di perkuliahan terdapat semacam pelatihan yang
diadakan guna memperkenalkan para mahasiswa dengan dunia yang akan mereka
hadapi. Tradisi ini dikenal dengan istilah matrikulasi (atau dengan istilah di
masing-masing universitas). Pelaksanaan matrikulasi juga tidak pernah
mengesampingkan para wanita sebagai salah satu elemen kesuksesan kegiatan
tersebut (khususnya bagi panitia dan peserta laki-laki, hehehe) sehingga para
wanita ini dengan bebas mengutarakan pendapat dan pengetahuan yang mereka
miliki.
Lebih lanjut,
tugas utama mahasiswa tentu saja untuk kuliah. Sedangkan ngopi, futsal,
belanja wa akhawatuha adalah media hiburan bagi mereka. Di bangku
kuliah, pembagian tugas tidak memandang kasihan bagi para wanita. Mereka akan
diberikan porsi yang sama mengenai tugas yang harus dikerjakan.
Tidak terkecuali
bagi anggota CSSMoRA. Wanita-wanita CSSMoRA juga tidak mendapatkan perlakuan
khusus di bangku kuliah (walau ini masih relatif tergantung dosennya sih).
Makalah, review buku, penelitian dan segala tetek bengeknya harus mereka
selesaikan. Bahkan seringkali tugas-tugas yang mereka kerjakan dianggap lebih
baik daripada mahasiswa laki-laki yang selama ini menganggap lebih kuat dan
pintar daripada wanita, nah loh.
Go on.
Diskusi adalah ajang yang sangat tepat bagi para mahasiswa yang haus akan
keilmuan dan merasa kurang dengan materi-materi yang didapat di bangku kuliah.
Dalam sebuah sesi diskusi pun, wanita-wanita mendapat tempat yang sama dengan
laki-laki dalam hal penyampaian pendapat. Bahkan dalam beberapa diskusi dengan
ranah yang lebih besar, para wanita lah yang menjadi pembicara utamanya.
Selain sebuah
keluarga dengan kehangatan yang menandingi kehangatan matahari, CSSMoRA adalah
sebuah organisasi. Di sinilah letak persamaan derajat di antara dua makhluk
Tuhan (mohon maaf kalau merasa tersingkirkan karena bukan dari kaum laki-laki
maupun perempuan) ini. CSSMoRA sangat terbuka dengan usulan-usulan dari wanitanya
CSSMoRA. Bahkan dalam beberapa kesempatan mereka dijadikan sebagai
prioritas dan bukan berdasarkan kelemahannya, tetapi kecerdasannya.
Sebagai suatu
organisasi, tentu saja terdapat pemilihan ketua dan pemimpin organisasi
tersebut. Bukti CSSMoRA simbol persamaan terdapat pada angkatan 2011. Masa itu,
CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga (tempat penulis bernaung) dipimpin oleh seorang
wanita.
Hal ini pasti
menjadi pertanyaan besar, apakah anggota CSSMoRA tidak mengenal hadis
Rasulullah tentang kepemimpinan perempuan? Tentu saja kami mengetahuinya. Mohon
maaf, pembahasan kami bukan apakah seorang wanita boleh dijadikan pemimpin atau
tidak. Tetapi kami melihat siapa yang “Pantas dan Berkompeten” untuk dijadikan
pemimpin.
Dari sekian
bukti-bukti di atas mungkin bagian ini yang menjadi bagian paling indah. Selain
dari bangku kuliah, ruang diskusi, dan ranah organisasi, para wanita nampaknya
sudah beberapa kali melampaui kaum laki-laki. Sehingga dengung gema persamaan
derajat sudah harus sedikit dilupakan. Berkali-kali anggota keluarga CSSMoRA
menjadi pemenang di berbagai event perlombaan. Tak tanggung-tanggung, event
nasional bahkan internasional pun dilahap habis.
Perlombaan
yang diikuti pun dari berbagai ranah. Debat, pidato, karya tulis, hingga lomba
baca kitab kuning pun sudah berada digenggaman. Dan yang menjadi tambahan
kebahagiaan adalah mereka para wanita juaranya. Nah, bagaimana dengan yang
laki-laki? mereka si cucu Nabi Adam pun tak mau kalah. Mereka juga menjadi yang
terdepan dalam hal lomba-lomba.
Sampai di
sini, agaknya sudah tercapai maksud dari penulis. Masihkah menuntut persamaan
derajat antara laki-laki dan wanita? Sudahlah, kalian diciptakan sebagai
makhluk spesial oleh Tuhan. Ya, spesial. Seperti, ah sudahlah.
0 komentar:
Posting Komentar