Oleh : Mutawakkil Hibatullah
(CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Tanggal 25 Juni 2017 telah resmi ditetapkan oleh Pemerintah RI
sebagai hari raya Idul Fitri 1438 H melalui sidang itsbat. Lantunan
takbir dari berbagai penjuru mulai berkumandang sebagai tanda esok hari adalah
Idul Fitri. Semarak kembang api pun tak kalah memanjakan mata, di atas langit
Jogja ini. Ada rasa bahagia namun juga ada nestapa. Bukan hanya karena tidak
pulang dari tanah perantauan, tapi karena bulan ramadhan serasa begitu cepat
pergi. Bahkan dalam sebuah ungkapan hadis atau maqolah,
dikatakan bahwa; Jika manusia mengetahui apa (rahasia) yang ada di bulan
ramadhan, niscaya ia menginginkan ramadhan selama setahun penuh.
Banyak sekali
keistimewaan yang terjadi dalam bulan ramadhan. Dari mulai perintah ibadah
puasa, peristiwa turunnya al-Qur’an, adanya malam lailatul qadar serta
pahala-pahala yang begitu berlimpah yang Allah janjikan selama bulan ramadhan. Peristiwa-peristiwa
ini tentu tidak terjadi di dalam bulan-bulan lainnya. Indikasi ini menegaskan
bahwa bulan ramadhan tidak hanya istimewa, namun juga sarat akan makna.
Kita semua sadari
bahwa bulan ramadhan merupakan bulan penuh dengan berbagai kebaikan. Bahkan kalau kita amati bersama, ramadhan
adalah salah satu stimulus bagi manusia khususnya umat Islam dalam meningkatkan
keimanan serta ketakwaannya kepada Allah SWT. Dari ibadah puasa yang asalnya
adalah ibadah individual dapat menjadi ibadah yang penuh dengan kegiatan sosial.
Hal ini dapat kita lihat dari antusiasnya masjid-masjid, instansi-instansi
maupun relawan-relawan yang membagikan makanan untuk berbuka maupun sahur
secara cuma-cuma. Belum lagi masjid-masjid, ataupun majlis-majlis yang
mengadakan kegiatan pengajian selama bulan ramadhan. Bahkan, menjelang ‘asyr
al-awakhir (sepuluh hari terakhir) di bulan ramadhan, banyak masjid yang
penuh dengan masyarakat yang melakukan I’tikaf. Tentunya hal ini merupakan
pemandangan yang sangat jarang kita temukan di hari-hari selain ramadhan.
Kalau kita coba
renungkan, setidaknya ada sedikit perubahan dalam diri manusia secara umum
selama ramadhan berlangsung. Dari yang tadinya sangat jarang membaca al-Qur’an
menjadi agak sering, dari yang tadinya agak sering menjadi rutin, dari yang
tadinya rutin bisa jadi berlipat-lipat. Ada juga shalat tarawih setiap malam bahkan
tidak sedikit yang melanjutkan qiyamul lail. Bahkan identitas terpenting adalah
puasa; dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, ditambah dengan cuaca
yang cukup panas ataupun waktu puasa yang panjang seperti di sebagian wilayah
Eropa bisa dilalui dengan penuh kekhidmatan. Inilah beberapa wujud keistimewaan
dari bulan ramadhan. Secara zahiriyah maupun batiniyah kita dapat
menjalankan ibadah-ibadah yang mungkin di bulan-bulan lain sulit untuk
dilakukan.
Sisi lain dari ramadhan
berakhir adalah datangnya hari kemenangan yaitu hari raya Idul Fitri. Tentunya
ini juga perlu disyukuri atas pencapaian dari ibadah yang selama satu bulan
dilakukan. Bahkan dalam tradisi kita, menghormati hari raya ini sangat
bervariatif. Dari mulai kumpul keluarga dikampung halaman (mudik), membeli
pakaian baru, hingga membeli aneka makanan untuk dinikmati bersama. Ada rasa
syukur yang termanifestasi dalam setiap hal tersebut. Rasa syukur dapat
bertemu, bercengkerama, saling memaafkan sesama keluarga, sanak saudara maupun
tetangga. Ada juga rasa penghormatan dalam setiap langkah serta waktu hari
raya, yaitu dengan memakai pakaian yang
indah nan elok dipandang serta menjamu siapapun yang datang ke kediaman dengan
penuh kehangatan.
Berakhirnya
ramadhan sekaligus datangnya hari kemenangan ini sebaiknya kita jadikan
pelajaran bagi kehidupan di masa yang akan datang. Antusiasme dalam beribadah,
dalam belajar, dalam mengikuti pengajian serta kegiatan positif apapun semoga
bisa dilanjutkan di hari-hari selain ramadhan. Dalam sebuah ungkapam ceramah
dari KH. Muhadi Zainuddin, beliau mengatakan bahwa; salah satu ciri orang
yang sukses dalam bulan ramadhan itu: semangat ibadahnya tidak hanya ketika
ramadhan tetapi juga di bulan-bulan lainnya. Dari ungkapan ini, kemenangan
hakiki adalah kemenangan yang tercermin dari keperibadian yang mampu menjaga
hawa nafsu sebagaimana orang yang melaksanakan puasa di bulan ramadhan, mampu
menjaga ibadahnya kapanpun dan dimanapun serta mampu menjadi pionir bagi
orang-orang yang ada di sekitarnya. Oleh karena itulah, semoga kita semua
menjadi orang-orang yang termasuk di dalamnya serta dapat bertemu kembali
dengan ramadhan tahun depan, Allahumma amiin. Minal ‘Aidin wal Faizin,
Mohon Maaf Lahir dan Batin
0 komentar:
Posting Komentar