Oleh: Ainil Atiqoh*
“Siapa
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ialah orang yang
beruntung. Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ialah orang yang
merugi. Siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ialah orang
yang terlaknat.”
Tahun baru, momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh kebanyakan
orang. Kembang api, suara mercon, pertunjukan musik, dan nongkrong di pusat
keramaian seringkali menjadi hal yang lumrah -atau bahkan bisa dikatakan wajib-
adanya. Tahun baru yang dimaksud di sini adalah tahun baru masehi.
Sedangkan, untuk tahun baru Islam sendiri kurang mendapat perhatian jika
dibandingkan dengan tahun baru masehi. Meskipun demikian, dalam rangka
menyambut dan menyemarakkan tahun baru Islam, mulai banyak dicanangkan
kegiatan-kegiatan positif yang tak kalah menariknya dengan kegiatan yang
digencatkan saat tahun baru masehi tiba. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya
berupa pawai obor, perlombaan-perlombaan bernuansa islami, pengajian , dzikir
bersama, dan lain sebagainya. Dengan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut,
selain sebagai sarana untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah, juga
dapat mempererat tali silaturrahim dan memperkokoh persatuan antar sesama
muslim.
Saat ini, telah sampailah kita pada tahun baru Islam yang ke-1439.
Bulan Muharram, pada bulan tersebut terdapat berbagai keutamaan
di dalamnya, seperti digugurkannya dosa setahun yang lalu bagi orang yang
melaksanakan puasa asyura. Kemudian, jika dilihat secara historis, pada bulan
itu juga telah terjadi berbagai peristiwa penting yang menimpa para nabi
terdahulu, seperti hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah, mendaratnya
kapal Nabi Nuh setelah sekian lama mengarungi banjir bandang, selamatnya Nabi
Musa dari kejaran raja Fir’aun, dan lain sebagainya.
Selain untuk mengenang peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut,
tahun baru Islam juga dapat dijadikan sebagai sarana muhasabah atau introspeksi
diri, sebab manusia pada hakikatnya tidak bisa lepas dari lupa dan dosa.
Bertahun-tahun sudah kita melewati hidup, namun sudahkah kita gunakan dengan
tepat dan seefesien mungkin masa-masa itu? Atau justru sebaliknya, semuanya hanya terlewati
begitu saja seperti angin lalu. Oleh karena itu, ditahun yang baru ini, di
kesempatan yang tak ternilai ini, hendaknya kita gunakan sisa umur kita sebaik
mungkin. Sebab, untuk tahun depan atau bahkan hari esok, belum
tentu kita bisa berjumpa kembali.
Dunia adalah ladang akhirat. Ketika hidup di dunia, seringkali
kita sibuk untuk memperkaya diri, mengesampingkan kebutuhan ruhani. Jika saatnya
telah tiba, tiada lagi kesempatan memperbaiki , yang tersisa hanya penyesalan
abadi. Sebagaimana nama dari tahun yang sedang kita rayakan ini, yaitu tahun
hijriyah, maka sudah selayaknya kita mulai behijrah ke arah yang lebih baik
lagi, meninggalkan hal-hal buruk dimasa lalu dan menggantinya dengan hal-hal
yang lebih baik.
“Dan hendaklah orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”. (QS.
al-Hasyr: 18).
*Kru Sarung
0 komentar:
Posting Komentar