Sidang
isbat pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada hari Rabu, 5 Juni
2019. Ini berarti tak lama lagi umat Islam akan segera merayakan sebuah hari
yang istimewa, yaitu hari raya Idul Fitri. Idul Fitri atau yang biasa disebut
dengan lebaran disambut meriah di berbagai daerah. Seperti tradisi Grebeg
Syawal di Yogyakarta, Dugderan di Semarang, dll. Sebagian masyarakat kita juga
menggelar takbir keliling pada malam hari raya Idul Fitri. Anak-anak hingga orang dewasa
berbondong-bondong memenuhi jalanan dengan membawa obor dan tak henti-hentinya
mengumandangkan kalimat takbir. Ada juga mobil-mobil yang dihias dengan lampu
warna-warni yang semakin menambah meriah malam hari Idul Fitri.
Kata
Idul Fitri berasal dari bahasa Arab. Id
berarti kembali, sedangkan kata Fitri memiliki beragam makna.
Ia bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Fitri yang
berarti buka puasa didasarkan pada akar kata ifthar (sigat masdar
dari afthara-yufthiru). Hal ini berarti makna Idul Fitri disini adalah
hari raya yang umat Islam dibolehkan kembali untuk berbuka atau makan setelah
sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Oleh karena itu salah satu sunah sebelum
melaksanakan salat Id adalah makan atau minum walaupun sedikit.
Sedangkan
kata fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, dan keburukan
berasal dari akar kata fathoro-yafthiru. Dari akar kata ini diperoleh
kesimpulan bahwa Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci,
terbebas dari noda dan dosa sehingga berada dalam fitrah (kesucian).
Dalam konteks ini yang dimaksud dengan Idul Fitri adalah kembali kepada asal
kejadian yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar.
Pemaknaan
hari raya Idul Fitri hendaknya dimaknai dengan positif. Bisa dengan berziarah
ke makam keluarga yang sudah meninggal dan bersilaturahmi dengan sanak saudara. Menjalin silaturahmi dengan saling
berkunjung merupakan sarana minta maaf dan membebaskan diri dari dosa yang
bertautan antarsesama makhluk. Hal ini penting sebab tidak ada manusia yang
benar sepenuhnya. Manusia tentu pernah melakukan kesalahan, sehingga melalui
momentum ini kita bisa saling mengikhlaskan dan bermaaf-maafan.
Makna
sesungguhnya dari perayaan Idul Fitri sebenarnya sama dengan tujuan berpuasa,
yaitu meraih takwa. Puasa hendaknya tidak hanya sekedar menahan diri dari makan
dan minum, tetapi harus mampu menahan hawa nafsu. Idul Fitri yang kita rayakan
ini tentu akan lebih berarti jika ketakwaan tetap mewarnai hidup kita walaupun
bulan puasa telah berlalu. Energi spiritual yang ada dalam bulan Ramadhan
harusnya tidak terputus begitu saja, melainkan harus terus-menerus ada hingga
datangnya Ramadhan lagi di tahun yang akan datang.
Semoga prestasi
ibadah yang kita lakukan di bulan puasa ini tetap berkelanjutan, sehingga
dengan Idul Fitri ini kita mampu meraih takwa, sebab inilah makna kemenangan
yang sebenarnya. (Reem)
0 komentar:
Posting Komentar