Menjadi mahasiswa memiliki konsekuensi bahwa kita
harus mengubah
pola belajar dari yang sudah kita alami di tingkat-tingkat sebelumnya. Kalau
ada yang tanya mengapa seperti itu? Ya jelaslah untuk membedakan antara siswa
dan mahasiswa, kalau sama kenapa harus ada kata "maha"? Model belajar yang seharusnya
dimiliki mahasiswa adalah model belajar yang mulai memadukan antara pembacaan
teori dengan realita di lapangan yang diiringi dengan sikap kritis dan solutif.
Selama mahasiswa hanya membaca teori, maka selama itulah dia hanya sebatas
"siswa" dan tidak layak dikatakan sebagai "maha".
Mahasiswa harus mampu membaca realita yang ada di
sekitarnya, sikap kritis yang harus dimiliki akan menuntun untuk melihat
"masalah" dan mempertanyakan ulang segala sesuatu yang dilihat.
Masalah tidak hanya berupa hal-hal yang sifatnya anomali seperti polemik
disertasi yang sedang viral ini, namun lebih kompleks dari itu. Masalah bisa
didapatkan dari hal-hal yang dianggap normal-normal saja, itulah yang disebut
problem akademik. Dari hal yang normal-normal saja, mahasiswa akan
mempertanyakan sebab mengapa itu bisa terjadi, mencari indikator yang
menyebabkan dan pada akhirnya bisa merekonstruksinya sehingga mendapatkan
gambaran yang nantinya bisa diterapkan di tempat lain yang mungkin sedang
terlihat abnormal. Itulah yang disebut solutif.
Namun semua itu tidak akan bisa dilakukan begitu saja
tanpa dasar teoritis yang jelas dan metodologi dalam menganalisa tentunya.
Teori dan metodologi adalah pelajaran wajib yang akan diterima setiap mahasiswa
di kelas dan itulah yang akan menjadi bekal mahasiswa untuk nantinya mampu
bersikap kritis dan solutif akan realita yang dilihatnya di masyarakat. Untuk
membaca masalah dan mengolahnya, mahasiswa harus memiliki kepekaan (bukan peka
sama doi saja). Kepekaan tidaklah dibangun secara instan, kepekaan dibangun
melalui proses membaca.
Jurnal menjadi salah satu jembatan bagi mahasiswa untuk mengasah kepekaannya,
jadi sebagai mahasiswa wajib baginya untuk mengenal jurnal.
Selanjutnya, sebagai mahasiswa kita harus mengikuti
organisasi-organisasi yang ada di luar maupun di dalam universitas. Selain
jurnal, organisasi menjadi tempat terbaik bagi mahasiswa untuk mengasah
kepekaannya serta kemampuannya untuk bermanajamen, menambah relasi serta
berbagi pemahaman. Dari organisasi, mahasiswa akan mampu mendiskusikan berbagai
hal dengan berbagai
sudut pandang,
sebab masing-masing anggota tentunya tidak mesti berasal dari jurusan yang
sama. Dari organisasi juga, mahasiswa akan secara langsung mempraktikkan etika
dalam bermusyawarah dan melihat secara langsung proses menuju mufakat itu
terjadi. Mahasiswa yang tidak pernah mengikuti organisasi, tidak akan memiliki
pengalaman manajerial dan mengonstruksi gagasan demi sebuah tujuan bersama
serta susah mendapatkan pengalaman leadership.
Setelah semua itu dipahami dengan baik, mahasiswa akan
mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsanya (idealist
no problem and must be). Jadi tidak hanya berpikir pragmatis, selesai
kuliah terus kerja, nikah dan beranak-pinak. Melalui kepekaannya menangkap
masalah dan kemampuannya mengolah masalah dengan metodologi yang tepat serta
berbagai teori di atas kertas, mahasiswa dapat menghasilkan penelitian ilmiah
yang dapat menjadi referensi yang sangat berharga bagi arah kemajuan bangsa.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga berkesempatan untuk menerapkan hasil analisanya
dalam masyarakat secara langsung (biasanya masyarakat yang masih terisolir),
melalui kegiatan-kegiatan lapangan yang banyak ditawarkan oleh berbagai
instansi baik negeri maupun swasta.
Kesempatan itu juga nantinya akan didapat saat KKN
(Kuliah Kerja Nyata), jadi sebaiknya penguasaan atas dasar-dasar yang harus
dimiliki mahasiswa itu sudah dimiliki sebelum KKN. Sebab nantinya, mahasiswa
akan mampu melakukan pemetaan maupun memberikan gagasan yang tepat dalam upaya
membantu percepatan kemajuan desa. Karena tanpa adanya kemampuan mendasar
tersebut, mahasiswa tidak akan mampu melihat celah yang dapat diusahakan untuk
memaksimalkan kerja nyatanya selama masa KKN dan cenderung hanya akan terlihat
menjalankan formalitas kuliah saja. Tidak ada kontribusi yang membekas.
Skill mendasar sebagai
mahasiswa itu nantinya tidak hanya bermanfaat selama masa kuliah saja namun
sampai akhirnya benar-benar kembali ke masyarakat. Ilmu itu akan sangat berguna
dalam menganalisa masalah-masalah yang ada di masyarakat dan dengan begitu kita
akan memiliki kesempatan untuk membenahinya, sebab kita tentu saja akan mengetahui
penyakit yang menyebabkannya serta dengan pengolahan yang matang akan membuat
kita mendapatkan penawarnya juga atau bahkan sampai memberikan vitamin sehingga
kesehatannya terjaga.
Terakhir, untuk menopang wawasan dan kemampuan dalam
menganalisa masalah serta memberikan solusi dan inovasi, seyogyanya mahasiswa
tidak hanya merasa cukup membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan
jurusan kuliah yang diambil. Mahasiswa harus membekali dirinya dengan bacaan
yang tidak terbatas pada satu subjek saja. Ini nantinya akan memudahkan
mahasiswa untuk membaca masalah-masalah yang tidak berkaitan dengan bidangnya.
Namun, tentunya untuk melakukan analisa lebih mendalam kemampuan dan wawasan
yang dimiliki mungkin lebih terbatas daripada jurusan yang dikuasai, maka di sinilah pentingnya relasi yang memiliki
kompetensi di bidang yang tidak kita tekuni.
Nah, jadi jelas bukan bahwa penguasaan seluruh skill
dasar serta pengalaman organisasi sangat penting bagi mahasiswa untuk
menjadikannya mahasiswa sesungguhnya yang siap membangun bangsa. Dengan seluruh
ilmu dan pengalaman yang didapat di perkuliahan tersebut, mahasiswa tidak akan
mungkin menjadi pengangguran sebab pastinya akan sangat berguna bagi upaya
memajukan masyarakat. Sebenarnya pengangguran itu terjadi disebabkan oleh
gengsi karena tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai jurusan yang ditekuni.
Oleh: Alif Jabal Kurdi
0 komentar:
Posting Komentar