Wabah Corona Virus
Disease (Covid-19) yang melanda lebih dari 200 Negara di dunia telah memberikan
tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan. Dalam rangka mengantisipasi
penularan virus tersebut pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Seperti
isolasi, social and physical distancing, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
yang mengharuskan seluruh warga negara untuk tetap stay at home, bekerja, beribadah dan belajar di rumah.
Kondisi demikian menuntut
lembaga pendidikan untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah
satu bentuk inovasi tersebut ialah dengan melakukan pembelajaran secara online atau biasa disebut dengan sitem belajar daring (dalam jaringan). Akan tetapi, inovasi
tersebut melahirkan sebuah permasalahan baru
dalam sistem pembelajaran, mulai dari terbatasnya kuota, banyaknya
tugas, penguasaan IT yang masih terbatas, telat ’absen’ karena tidak terbiasa
menggunakan sistem daring, jaringan
yang tidak stabil karena kondisi pelajar yang ada di pedesaan, dan lain
sebagainya.
Sementara itu bagi para
pelajar, hambatan terbesar mereka adalah tugas dari pengajar yang semakin tak terkendali. Banyaknya tugas yang
menumpuk dirasa menjadi hambatan utama bagi mereka, karena para pelajar belum
terbiasa dengan sistem pembelajaran daring. Kondisi tersebut tentunya
akan memberikan dampak buruk bagi psikologis mereka. Staf Sub-bagian Psikologi Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar, Lyly Puspa Palupi mengatakan “Dampak belajar daring yang telah berjalan
lebih tujuh bulan berdampak pada psikologis anak, mulai dari rasa bosan dengan
aktivitas di rumah saja, anak juga dituntut beradaptasi belajar dari rumah yang
pasti berbeda dengan di kelas sehingga hal-hal seperti ini bisa menimbulkan
kondisi tertekan pada psikis anak dan berpotensi munculnya stres pada anak,"
kata Lyly, Ahad (4/10).Hal ini tentunya harus diantisipasi mengingat kesehatan
mental menjadi hal yang utama dipertahankan.
Untuk mengantisipasi kondisi
tersebut, baik pelajar maupun pengajar disarankan untuk melakukan aktifitas
yang berguna untuk meningkatkan sistem imunitas seperti menonton, berolahraga,
bercengkrama dengan keluarga, komunikasi dengan teman sejawat, dan lain
sebagainya. Jika gangguan semacam tersebut mampu diatasi, maka minat belajar
akan tetap terjaga sehingga proses belajar mengajar akan tetap berjalan
sebagaimana mestinya. Nurhasanah dan Sobandi (2016) menyatakan bahwa ”minat belajar ini merupakan determinasi dari
hasil belajar siswa sehingga minat belajar ini harus tetap dipertahankan”.
Selain itu, pandemi ini
juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap dunia pendidikan baik dalam
segi sosial, non sosial, fisiologis, maupun segi psikologis. Dalam segi sosial
yaitu dengan adanya kebijakan social
distancing ini mengakibatkan diadakannya peralihan pembelajaran yang
memaksa peserta didik untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa ditempuh agar pembelajaran
tetap bisa berlangsung, sedangkan yang menjadi pilihan
adalah dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajran daring.
Dinyatakan oleh Agus Nana
Nuryana M.Pd. bahwa ”kebijakan social
distancing berakibat fatal terhadap roda kehidupan manusia, tak terkecuali pada
bidang pendidikan ikut juga terdampak kebijakan ini. Keputusan pemerintah yang
mendadak dengan melibatkan atau memindahkan proses pembelajaran dari sekolah
menjadi di rumah membuat kelimpungan banyak pihak”. Ketidak siapan stakeholder sekolah/madrasah
melaksanakan pembelajaran daring menjadi faktor utama kekacauan ini.
Segi non-sosial yaitu dari pemanfaatan teknologi ini juga terdapat
banyak kendala seperti signal,
fasilitas, alat belajar dan lain-lain. Sedangkan dalam segi fisiologis, anak
akan merasa lelah, capek harus menghadap layar laptop atau layar hp terus menerus dengan berbagai macam
tugas yang menumpuk dan tak terjadwal dengan baik. Dalam kondisi semacam itu anak
akan merasa lebih capek daripada dengan sekolah biasa yang hanya lelah pada
saat pembelajaran berlangsung dan mungkin ada PR tapi tidak begitu banyak.
Dalam segi psikologis,
ini yang sangat berpengaruh bagi pelajar terutama anak-anak. mereka tidak bisa
keluar rumah, tidak bisa bermain lebih leluasa dan hanya memikirkan tugas-tugas
yang diberikan. sehingga kebijakan social
distancing akan sangat menganggu psikis anak, dia akan merasa sangat bosan dan
bisa jadi si anak akan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. dan disini
orang tua sangat berperan penting dalam mendampingi anaknya.
Literasi News – Pengamat
pendidikan, Indra Charismiadji mengatakan ”sejak
awal virus corona mewabah di tanah air, yang kemudian berdampak pada sistem
pendidikan dengan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ), adalah dampak
psikologis bagi siswa, guru, termasuk orang tua”.
Menurutnya, dampak dari
pandemi sangatlah luas. dengan diberlakukannya karantina, di mana sebagian
daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) demi mencegah
terpapar virus corona. setiap orang terpaksa harus berdiam diri di rumah.
Kondisi inilah yang berefek pada kondisi psikologis setiap orang.
Kemendikbud sendiri telah
menyatakan Secara
keseluruhan sekolah diliburkan selama pandemi Covid-19. Kegiatan peliburan ini
dialihkan
menjadi pembelajaran di rumah home learning atau TFH Teaching
From Home untuk mencegah penularan Covid-19. Kegiatan Home
learning atau TFH disesuaikan dengan kemampuan, fasilitas, dan ketersediaan akses
internet yang ada di masing-masing daerah. Berbagai macam media Home learning atau TFH mulai dari
online, offline, dan media lainnya.
Namun, hanya ada satu
sekolah saja yang tetap menjalankan KBM secara normal, dikarenakan sekolah tersebut berada di dalam pondok/ asrama, santri
tidak keluar pondok sama sekali, dan sekolah telah menerapkan prosedur sesuai
anjuran pemerintah, sehingga ini dinilai aman untuk tetap melaksanaan KBM seperti biasa.
Selain itu, Kemendikbud juga memutuskan untuk membatalkan ujian nasional
(UN) di tahun 2020. “Tidak ada yang lebih penting daripada keamanan dan
kesehatan siswa dan keluarganya," kata Nadiem beberapa waktu lalu.
Dengan diberlakukannya kebijakan pembatalan UN tersebut, maka keikutsertaan UN
tidak menjadi syarat kelulusan sekolah atau seleksi masuk jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Pembatalan UN tahun 2020 ini
berkaitan dengan proses penyetaraan bagi lulusan program Paket A, Paket B, dan
Paket C yang ditentukan kemudian. Menindaklanjuti hal penyetaraan bagi lulusan
program Paket A, Paket B, dan Paket C, pelaksanaannya telah diatur oleh
Kemendikbud. Kebijakan itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Kebijakan Proses Penyetaraan Program Paket A, Paket B, dan
Paket C Tahun Ajaran 2019/2020.
Kebijakan belajar dari
rumah ini sangat mengubah
kebiasaan,
ataupun perilaku guru dan siswa selama ini. Bagaimana tidak, selama ini Guru
mengajar di kelas dalam artian mengajar di sebuah banguanan sekolah yang
memiliki fungsi belajar mengajar, dengan didukung oleh sarana penunjang proses
belajar mengajar tersebut. Namun mau apa dikata, pandemi Covid-19 telah
mengubah segalanya. setidaknya Pembelajaran ini membantu keberlangsungan
pembelajaran di masa pandemi ini. Guru dan siswa akan tetap aman berada pada
tempat atau rumahnya masing-masing tanpa harus keluar rumah dan bertatap muka
secara langsung. Agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan dengan baik selama
masa pandemi ini maka ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan di antaranya:
Inovasi pembelajaran merupakan solusi yang perlu didesain dan dilaksanakan oleh guru dengan
memaksimalkan media yang ada seperti media daring (online). Guru dapat
melakukan pembelajaran menggunakan metode E-Learning
yaitu pembelajaran memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem
pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat komputer (PC) atau laptop yang
terhubung dengan koneksi jaringan internet, guru dapat melakukan pembelajaran
bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti Whatsapp (WA), Telegram, aplikasi Zoom
ataupun media sosial lainnya sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat memastikan
siswa belajar di waktu bersamaan meskipun di tempat yang berbeda.
1.
Guru dapat memberikan tugas terukur namun tetap memastikan bahwa setiap hari pembelajaran peserta didik
terlaksana tahap demi tahap dari tugas tersebut.
2.
Kepala Sekolah berinovasi dalam menjalankan fungsi supervisi atau pembinaan kepada Guru untuk
memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar telah dilakukan oleh guru dan
peserta didik meskipun menggunakan metode jarak jauh (daring).
3.
Merancang kurikulum dan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi darurat bencana Covid-19 ini melalui
optimalisasi pemanfaatan teknologi (kelas pintar). Langkah ini sangat penting
mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar akan dilakukan oleh guru dan peserta
didik meskipun menggunakan metode jarak jauh (daring).
4.
Melakukan pelatihan daring secara singkat mengenal platform Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Guru-guru yang melek IT mendampingi guru lain
yang belum bisa sehingga ketercapaian penggunaan dan pengoperasian platform
dapat dijalankan. Kini, untuk kuota para Guru pun sudah dimasukkan ke dana BOS sesuai
edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga kendala kuota bukan lagi
menjadi penghalang bagi para guru untuk mengoperasikan aplikasi pembelajaran
daring/online.
Dengan demikian, pembelajaran daring sebagai solusi
yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran
Covid-19, physical distancing juga
menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik
antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah menjadi faktor penentu
agar pembelajaran daring lebih efektif.
Penulis: Wahyu Munaini
0 komentar:
Posting Komentar